Semarak Muktamar Muhammadiyah Ke-48 SEKOLAH MENULIS DARI MINANG UNTUK DUNIA
Semarak Muktamar Muhammadiyah Ke-48
SEKOLAH MENULIS DARI MINANG UNTUK DUNIA
Oleh : Junadi Gafar (Dosen Praktisi Penerbitan Polimedia)
A. Bakat Literasi Orang MinangTurut menyemarakkan Muktamar Muhammadiyah ke 48 di Solo maka sebagai tanda apresiasi atas gagasan pembentukan sekolah menulis dan menerbitkan di wilayah Sumatera Barat, penulis selaku dosen praktisi penerbitan di Politeknik Negeri Media Kreatif dan anggota diaspora Minangkabau izinkan memaparkan berbagai pemikiran berikut. Dunia penulisan dan penerbitan buku di Indonesia memiliki sejarah yang panjang dan bahkan telah dimulai sebelum proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Pada awal tahun 1900 an seiring dengan politik etis Belanda yang mengizinkan anak-anak pribumi mengecap pendidikan formal, maka dimulailah dunia literasi di tanah air. Karya tulis dalam bentuk novel, hikayat, syair dan pantun mulai ditulis oleh mereka yang telah berkesempatan mendapat pendidikan formal di sekolah milik pemerintahan kolonial. Itulah era ketika katya tulisan Siti Nurbaya, Salah Asuhan, Layar Terkembang dan banyak lagi karya sastra lain bisa dinikmati masyarakat. Berbagai tulisan dalam bentuk roman, hikayat, puisi dan pantun tersebar luas dan menginspirasi banyak orang untuk mulai menulis apa yang menjadi kisah hidup, impian dan imajinasi mereka. Kisah Siti Nurbaya yang ditulis Marah Roesli, Salah Asuhan yang ditulis Abdoel Moeis atau di Bawah Lindungan Kabah bahkan masih menjadi buku rujukan dalam pembelajaran sastra sampai saat ini. Pasca proklamsi kemerdekaan dunia penulisan di tanah air semakin berkembang pesat. Perkembangan ini tentu tidak bisa dipisahkan dengan semakin banyaknya usaha penerbitan baik buku majalah maupun koran. Kondisi ini secara positif mendorong munculnya karya-karya yang lebih berbobot baik dari segi isi maupun desain. Karya-karya tersebut berkontribusi besar bagi peningkatan wawasan dan pengetahuan masyarakat sehingga terbentuk generasi yang lebih literat dari waktu sebelumnya. Nama-nama penulis seperti Hamka, AJib Rosyidi, Mahbub Djunaidi, Gunawan Moehammad, dan banyak lagi yang lainnya menjadi akrab di telinga pembaca. Dunia penerbitan sebagai tulang punggung bagi terbitnya buku-buku mulai bermunculan di akhir tahun 60 an pasca runtuhnya orde lama. Sebelumnya dunia penerbitan didominasi oleh Balai Pustaka tapi kemudian lahir penerbit-penerbit swasta seperti Djambatan, Pustaka Jaya, Gramedia, Angkasa dan banyak lagi penerbit swasta lainnya.Satu hal yang menarik terkait dunia penulisan dan penerbitan ini adalah dominasi orang Minang sebagai pelaku kedua aktivitas ini. Jika di awal kemerdekaan kita mengenal nama-nama seperti Marah Roesli, Abdoel Moeis dan, Rasoena Said, Hamka dan lain-lainnya. Pasca kemerdekaan penulis-penulis ternama seperti Aman St Majo Indo (Si Doel Anak Betawi), Muhammad Natsir, Hatta ( dua tokoh nasional juga produktif menulis) sampai pada Nasel Basra dan Ahmad Fuadi adalah asli orang Minangkabau. Dalam dunia penerbitan pun demikian. Sejak IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) didirikan dominasi tokoh-tokoh penerbitan asal Minangkabau terasa begitu kentara. Mulai dari Fahmi Umar, Rodjali Usman, Lucia Andam Dewi dan Rosidayati Rosalina pernah menajdi Nahkoda Ikatan Penerbit Indonesia, organisasi penerbit yang beranggotakan lebih dari 2000 perusahaan penerbitan se Indonesia.Kuatnya eksistensi orang Minang dalam dunia penulisan dan penerbitan buku bukanlah hal yang aneh. Orang Minang dengan tradisi merantaunya memiliki banyak kisah atau cerita yang bisa ditulis. Mulai dari persoalan hidup dalam tradisi matrilineal, konflik hidup di perantauan sampai pada masalah-masalah yang berhubungan dengan adaptasi agama Islam dalam kehidupan orang Minang, semuanya bisa menjadi cerita yang menarik yang apabila diterbitkan bisa dibaca oleh banyak orang sehingga memberi manfaat ekonomi baik kepada penulis maupun kepada yang menerbitkannya. Kemampuan menulis orang Minang yang telah ditunjukkan dalam perjalanan sejarah bangsa kita adalah indikasi bahwa secara umum tingkat literasi Orang Minang sedikit lebih baik dari suku bangsa lainnya. Tidak mengherankan pula banyak pemikir dan think-tank dari berbagai kebijakan baik pada pemerintahan maupun sektor privat berasal dari suku Minangkabau.Di masa sekarang, kenyataan di atas sebenarnya bisa menginspirasi banyak pihak terutama di ranah Minang untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan dunia penulisan dan penerbitan karya-karya bermutu. Yang menjadi persoalan adalah bagaimana mempersiapkan generasi baru yang akan melahirkan karya-karya bermutu tersebut. Secara formil tersedia universitas, akan tetapi kita semua mengetahui fakta kurikulum di universitas lebih menekankan pada penguasaan ilmu pengetahuan ketimbang mempraktikkannya. Ditambah lagi dengan waktu perkuliahan untuk pelajaran menulis masuk dalam mata kuliah Bahasa dan bukan mata kuiah yang bersifat otonom, kecuali pada jurusan-jurusan Bahasa dan budaya.
B. Sekolah Menulis dan Menerbitkan sebagai SolusiDi Indonesia saat ini belum ada sekolah yang secara khusus menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan menulis yang mumpuni. Dulu Politeknik Universitas Indonesia membuka jurusan publishing yang dimaksudkan untuk menghasilkan tenaga-tenaga yang ahli dalam dunia penerbitan terutama permasalahan editing dan grafika. Sisi penulisan tidak begitu tergarap bahkan sampai ketika Politeknik Universitas Indonesia berubah jadi Politeknik Negeri Jakarta. Tahun 2008 Kementerian Pendidikan menginisiasi Politeknik Negeri Media Krearif yang jurusan pertamanya juga adalah jurusan penerbitan. Di sini pengajaran menulis jauh lebih baik karena kurikulum disusun sedemikian rupa untuk mendorong mahasiswa menyampaikan fikiran dan gagasannya melalui tulisan. Akan tetapi daya tampung dan jarak adalah permasalahan tersendiri bagi banyak siswa yang tertarik untuk bergabung di Politeknik ini. Bagaimana dengan pembelajaran menulis di Sumatera Barat. Problematikanya sama dengan banyak daerah lain di Indonesia saat ini yaitu tidak tersedianya lembaga yang secara khusus melakukan pendidikan menulis bagi mahasiswanya. Padahal semua memahami pentingnya kompetensi menulis di masa mendatang. Dinamika dunia penulisan dan perbukuan terus berkembang sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bila pada masa lalu penggunaan kertas sebagai media adalah keniscayaan, maka saat ini buku bisa diterbitkan secara digital. Pembaca bisa mengakses bacaan lewat gadget mereka. Tidak mengherankan kemudian muncul begitu banyak tulisan dalam format digital yang seluruhnya bisa diakses pembaca. Di satu sisi ini sebuah kemajuan yang luar biasa yang membantu keterbatasan waktu dan jarak untuk membeli buku, tapi pada sisi lain ini sekaligus ancaman karena siapa saja dan dimana saja bisa menuliskan dan menerbitkan karya mereka secara digital dengan kadang tidak memperdulikan dampak dari tulisan yang mereka terbitkan.Eksistensi sebuah sekolah menulis juga memiliki peran untuk melahirkan positive writer yang akan berbagi hal-hal yang bermanfaat di media-media sosial sekaligus untuk menghalau segala bentuk hoaks dan bentuk-bentuk negative writing lainnya. Pendirian sekolah menulis ini dapat dilakukan secara kolaboratif antara para pegiat dunia penulisan dan penerbitan bersama dengan pemerintah daerah atau dengan organisasi lain yang peduli dengan pengembangan dunia penulisan khususnya di Sumatera Barat. Dukungan dari masyarakat atau lembaga lain juga perlu terutama untuk penyediaan lahan yang memadai untuk sebuah lembaga pendidikan setara politeknik.
C. Taman Wisata Sekolah Menulis Dari Minang Untuk Dunia Sekolah Menulis idealnya dibangun dengan konsep berwawasan lingkungan dan dikombinasikan dengan Kawasan Wisata Berbasis Industri Kreatif. Salah daerah yang memiliki potensi tersebut adalah nagari/desa Paninjawan di daerah Solok. Muhammadiyah dapat mengambil peran untuk terwujudnya sekolah menulis ini. Hal ini mengingat rekam jejak organisasi Muhammadiyah yang telah melahirkan banyak penulis produktif yang tulisan-tulisannya dinikmati oleh masyarakat luas baik dulu maupun sekarang. Dan momentum Muktamar Muhammadiyah Ke-48 dapat menjadi titik awal untuk langkah-langkah panjang terwujudnya sekolah menulis dan menerbtkan buku tersebut. Nagari Paninjawan dikenal sebagai nagari penghasil guru dan banyak pula yang menjadi figur penting dunia penerbitan Indonesia. Bersebelahan dengan nigari Pninjawan adalah Tanjung Balik dan Sulit Air. Tanjung Balik menjadi pusat pemerintahan kecamatan sedangkan Sulit Air merupakan nagari tempat dilahirkannya banyak pengusaha baik daerah maupun nasional.
Munas Apptima 2022 Lahan Wakaf Untuk Sekolah Menulis
Langkah menuju terwujudnya sekolah menulis ini sebenarnya lahir ketika komitmen kesediaan lahan melalui surat ikrar wakaf lahan 5 ha dari Ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) Bapak Burhan Ali, S.Pd Dt. Bagindo Kotik yang diserahkan dan diterima langsung oleh Ketua Harian PRM Paninjauan A. Thibrani, A.Md pada Senin tanggal 22 November 2021. Tentu bukan kali ini saja Muhammadiyah sebagai organisasi yang terkenal lewat Lembaga Pendidikan dan kesehatannya dipercaya oleh masyarakat mendapatkan Amanah berupa wakaf tanah. Paninjauan (kini Paninjawan) adalah sebuah nagari (Desa) di Kecamatan X Koto Diatas, Kabupaten Solok, Sumatra Barat. Desa Paninjawan terdiri atas Desa Paninjawan Selatan dengan pusat Aia Batumbuak, Paninjawan Tengah dengan pusat Pasa Sotu, Gonting Tobek, Batu Loweh, Katialo, dan Labuah Panjang. Secara administrasi, desa di Paninjawan dipimpin Kepada Desa. Secara ke-nagarian, masyarakat adat dipimpin seorang Wali Nagari. Mata pencaharian masyarakat Paninjawan mayoritas bertani, dengan bercocok tanam di sawah serta perkebunan. Mengandalkan hasil kekayaan bumi untuk perekonomian. Dan pusat lalu lintas ekonomi berlangsung setiap hari Sabtu, dengan keberadaan pasar yang juga menjadi pusat perbelanjaan masyarakat dari nagari lain di Kecamatan X Koto Diatas. Luas Nagari Paninjawan 37 kilometer persegi, atau 14,40 persen dari luas wilayah Kecamatan X Koto Diatas. Jarak dari Kantor Wali Nagari ke Ibukota Kecamatan adalah 3 kilometer, ke Ibukota Kabupaten adalah 51 kilometer, ke Ibukota Provinsi adalah 81 kilometer. Nagari Paninjauan berpenduduk 1852 jiwa (2018) terdiri dari 881 laki-laki dan 971 perempuan. Nagari Paninjauan terdiri dari 8 jorong, yakni: (1) Aia Batumbuak; (2) Batu Lawas; (3) Belansiah; (4) Gantiang Tabek; (5) Gurun; (6) Kayu Aro; (7) Kubu; (8) Pasar. Fasilitas Pendidikan Sekolah Dasar : 3 Unit, Sekolah Menengah Pertama : 1 Unit, Fasilitas Agama Masjid : 5 Unit dan Mushala:10 Unit. Lahan seluas 5 hektar tersebut berada di Nagara Paninjauan, Kabupaten Solok, Sumatera Barat berupa tanah yang berada di atas perbukitan Kacang Tenggih yang langsung mengarah ke Danau Singkarak. Danau Singkarak merupakan salah satu danau yang menjadi ikon objek wisata di Sumatera Barat dengan luas 107,8 km2 atau sekitar 1000 hektar dan tercatat sebagai danau terluas ke-2 di pulau Sumatera. Belakangan ini seiring dengan gaung Desa Wisata, maka beberapa daerah perbukitan yang berada di sekitaran Danau Singkarak membuka area destinasi wisata baru antara lain: Puncak Gagoan, Panorama Aripan Puncak Gobah, Bukik Chinangkiek, Puncak Aua Sarumpun.Beberapa objek wisata tersebut di atas dibuka lewat semangat masyarakat setempat dengan jalan bergotong royong. Pengelolanya masih mengandalkan kemampuan yang dimiliki oleh anak nagari (masyarakat setempat) dan bantuan dari perantau Nagari tersebut. Sudah menjadi pengetahuan nasional bahwa orang Minangkabau (Sumatera Barat) merupakan etnis perantau. Pengalaman mengelola tanah wakaf pada hakekatnya menjadi factor penguat atas kemampuan muhammadiyah dalam mengelola asset wakaf menjadi asset produktif. Salah satu program unggulan yang digagas oleh Fakultas Parwisata dan Industri Kreatif Universitas Muhammadiyah Tangerang adalah program inkubator bisnis yang sudah dimulai sejak adanya kegiatan softlounching Senin 12 April 2021 (baca berita : http://kampusmerdekaumt.ac.id/2021/04/12/tasyakuran-ibu-mbc-ranting-pondok-rejeki/). Meskipun dalam waktu yang relatif pendek, program inkubator bisnis yang diinisiasi oleh mahasiswa Fakultas Pariwisata dan Industri Kreatif Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT) sekarang dalam proses penjajakan kerjasama dengan Asosiasi Pemerintahan Desa Seluruh Indonesia (APDESI) dengan harapan akan berdiri Inkubator Bisnis dan Usaha Muhammadiyah Business Centre IBU-MBC di setiap desa. Sebagai Role Model Rektor UMT mengeluarkan kebijakan dengan target mendidik lima orang pemuda desa dengan skema beasiswa pemuda penggerak desa wisata yang diharapkan akan menjadi mesin penggerak ekonomi wisata dan industri kreatif di desa masing-masing (baca berita : Parinkraf Target One Village One Scout https://kampusmerdekaumt.ac.id/2021/06/20/bermitra-dengan-pelaku-startup-digitalwiranesia-parinkraf-target-one-village-one-scout/). Kemampuan Hilirisasi dan Komersialisasi berbagai hasil kajian dapat dilihat dari efektivitas kerja dan struktur organisasi yang dinamis pada setiap usaha muhammadiyah baik usaha pendidikan, usaha kesehatan, maupun start-up. Hal ini didukung juga oleh keberadaan berbagai jaringan komunitas seperti Aisyiah, Ikatan Pemuda Muhamamdiyah, Jaringan Saudagar Muhammadiyah (JSM) maupun Jaringan Wisata Muhammadiyah (JWM). Dengan keberadaan berbagai jejaring ini dapat dipastikan pengelolaan asset wakaf dapat terlaksana dengan baik, massif, dan bermanfaat bagi masyarakat umum. (Baca berita: JWM https://muhammadiyah.or.id/jaringan-wisata-upaya-untuk-memperkuatpilar-ekonomi-muhammadiyah/).Dengan pengalaman panjang mengurus dunia pendidikan, khususnya UMT yang memiliki mahasiswa 17.000 dan 32 Prodi maka dapat dipastikan adanya kemampuan Muhammadiyah dalam proses hilirisasi dan komersialisasi berbgai potensi dari lima hal pokok yang sangat mendukung keberadaan amal usaha muhammadiyah, yaitu: (1) Aspek Kebutuhan Dunia Usaha, (2) Aspek Kebutuhan Dunia Industri, (3) Aspek Kebutuhan Masyarakat, (4) Aspek Kebutuhan Mitra, (5) Aspek Kebutuhan Aliansi. Selain kerjasama dalam hal akademik, secara lebih fundamental kerjasama tersebut dilakukan dalam bentuk rintisan Pusat Inovasi Inkubator Bisnis & Usaha (IBU). Berikut link youtube (1) penandatanganan naskah kesepahaman (MOU) dengan Minang Diaspora Network Global (https://ibu.parinkrafumt.ac.id/ 2019/03/11/mou-dengan-minang-diaspora-network/), (2) Kesepakatan Pemberdayaan UMKM dengan MPM-PWM Banten dan Leu Berdayakan Umat Lewat Ritel (https://youtu.be/ 3hZ02hk98QE), Pemegang Minangkabau Card dapat Keringanan Biaya Kuliah di UMT (https://ibu.parinkrafumt.ac.id/2019/04/ 10/212/); (3) Sosialisasi dan Promosi Minangkabau Card-IBU (https://ibu.parinkrafumt.ac.id/ 2019/03/11/sosialisasi-dan-promosi-minangkabaucard/); (4) Kerjasama Pusat Inkubator Bisnis Bidang Wisata dan Industri Kreatif (https:// ibu.parinkrafumt.ac.id/); (5) Pusat Inkubator Bisnis, Bibit Wirausaha Kaum Milenial (https://ibu.parinkrafumt.ac.id/ 2019/07/02/pusat-inkubator-bisnis-bibit-wirausahakaum-milenial/); (6) Marketing Digital bagi Anak Berkebutuhan Khusus (https://ibu. parinkrafumt.ac.id/ 2019/04/10/223/). Analisis terhadap ketersediaan peluang kerja dan usaha pada bidang pariiwisata dengan memperhatikan hal berikut: (1) Perkembangan kepariwisataan dan industri kreatif di Indonesia membutuhkan tenaga-tenaga terampil yang memiliki kompetensi berwawasan luas dan profesional dalam bidang pariwisata dan industri kreatif; (2) Banyak perusahaan, instansi, pemda, dan lembaga-lembaga yang membutuhkan tenaga terampil bidang kepariwisataan dan industri kreatif; (3) Perkembangan pasar kerja masih membutuhkan banyak tamatan bidang kepariwisataan dan industri kreatif. Sesuai dengan kondisi objektif masyarakat, kehadiran Fakultas Pariwisata dan Industri Kreatif pada Universitas Muhammadiyah Tangerang sangat diperlukan untuk menghasilkan para lulusan yang memiliki keterampilan, berwawasan luas, berkualitas, kompetitif, dan professional.
Ketika tanah ulayat dari Nagari Paninjauan tersebut diserahkan kepada Muhammadiyah lewat Pimpinan Ranting Muhammadiyah Paninjauan, maka terbuka untuk membuat sebuah konsep Desa Wisata yang lebih komprehensif dengan pelibatan perguruan tinggi Muhammadiyah yang memiliki Program Studi terkait dengan Pariwisata. Paling tidak ada beberapa perguruan tinggi Muhammadiyah yang sudah memiliki prodi tersebut antara lain: Universitas Muhammadiyah Tangerang, Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat, Universitas Muhammadiyah Aceh, Universitas Muhammadiyah Gorontalo, Universitas Muhammadiyah Jember, Universitas Muhammadiyah Purworejo dan lain-lain. Demikian sekiranya artikel ini telah mengulas tawaran konsep Ecopark sebagai Teaching Industry dan penerapan Merdeka Belajar Kampus Merdeka untuk tanah wakaf Nagari Paninjauan Kabupaten Solok Sumatera Barat yang diserahkan kepada Muhammadiyah dengan pelibatan perguruan tinggi Muhammadiyah terutama yang telah memiliki Prodi Pariwisata (Juanedi Gafar dan Zalzulifa).